Sejarah Desa Pabuaran Lor Cirebon

Jejak Awal dari Hutan Belantara ke Masyarakat Adat
Menurut cerita tutur masyarakat, Desa Pabuaran Lor di Kecamatan Pabuaran dipercaya berdiri pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi. Pendiri desa ini adalah Ki Gede Pertapa (Kuwu Sangkan), putra sulung Prabu Siliwangi. Ia dibantu oleh lima makhluk halus atau Dang Hiyang yang menguasai kawasan hutan belantara kala itu: Nyi Brintik, Nyi Lati, Nyi Lutek, Ki Bledug Jaya, dan Pangeran Wora Wari. Kelima sosok tersebut menghilang tanpa jejak setelah membantu pendirian desa.
Ki Gede Kuwu Sangkan bersama empat sahabatnya — Ki Gedeng Kubang Lengkeng (Buyut Duda), Ki Gedeng Cangkuang, Ki Gedeng Gebang Binatar, dan Ki Jaka Tarum — mengadakan musyawarah di kawasan Kedung Oleng yang saat itu berupa hutan. Tempat itu kini dikenal sebagai Desa Hulubanteng.
Musyawarah berlanjut ke Gebang Binatar, yang kini menjadi Desa Pabuaran Kidul. Berdasarkan pengamatan atas banyaknya kerbau liar yang hidup di wilayah tersebut, mereka memutuskan menamainya Pabuaran (asal dari kerbau). Lokasi tersebut kemudian dikenal sebagai Desa Pabuaran Lor.
Berkat kesaktian Ki Gede Kuwu Sangkan, bantuan para Dang Hiyang, dan keempat sahabatnya, hutan belantara pun dibuka dan dijadikan permukiman. Seiring waktu, desa berkembang dan dibutuhkan batas wilayah serta pemimpin. Maka Ki Gede Kuwu Sangkan diangkat sebagai kuwu pertama yang disegani karena karismanya.
Wilayah desa pun ditetapkan sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Desa Hulubanteng, timur dengan Desa Leuweunggajah, selatan dengan Desa Pabuaran Kidul, dan barat dengan Desa Cikulak.
Penghuni awal desa ini selain Ki Kuwu Sangkan dan putrinya Nyai Dewi Rukma Sari, juga disusul oleh saudara-saudaranya Arya Dawolong, Arya Bangkong, Nyai Lodaya Sari, dan Nyai Kubang Sari. Kemudian datang Kesepuhan Sura Merta dari Kerajaan Mataram. Ia menikah dengan Nyai Dewi Rukma Sari dan memiliki putra bernama Raksaprana yang menjadi kuwu pertama secara resmi di Desa Pabuaran Lor.
Kuwu Raksaprana dikenal sebagai pemimpin bijak yang berhasil menertibkan wilayah dan menjalin hubungan harmonis antar desa. Desa Pabuaran Lor yang awalnya hanya hutan pun berubah menjadi desa makmur dan dihormati.
Daftar Kuwu Desa Pabuaran Lor
No | Nama | Mulai | Sampai |
---|---|---|---|
1 | Ki Nurjaeng | 1723 | 1766 |
2 | Ki Asisor | 1766 | 1784 |
3 | Ki Istra | 1784 | 1805 |
4 | Ki Reja | 1805 | 1831 |
5 | H. Nurhasan Cakrapana | 1831 | 1876 |
6 | Ki Ardisan | 1876 | 1916 |
7 | Ki Sabda | 1916 | 1919 |
8 | Ki Arjawinata | 1919 | 1920 |
9 | Ki Wangsa Atmaja | 1920 | 1947 |
10 | Ki Wangsa Wijaya | 1947 | 1950 |
11 | Ki Pranasastra | 1950 | 1967 |
12 | Ki Rasta | 1967 | 1980 |
13 | PJS. Ki A. Sidik | 1980 | 1985 |
14 | Ki Moh. Wahid | 1985 | 1989 |
15 | PJS. Domo Natasasmita | 1989 | 1990 |
16 | Heri Castari | 1990 | 1999 |
17 | PJS. Tawan | 1999 | 2001 |
18 | Abdul Rosid | 2001 | 2011 |
19 | Cayan | 2011 | 2017 |
20 | Heri Castari | 2018 | 2023 |
21 | Anggi Putri Pratiwi Hidayat, S.Psi | 2024 | 2029 |
Catatan: Naskah ini disusun berdasarkan cerita rakyat, penuturan tokoh masyarakat, dan sumber sejarah lisan yang berkembang di wilayah Desa Pabuaran Lor.
Post a Comment for "Sejarah Desa Pabuaran Lor Cirebon"
Post a Comment