Kholifah Umar al-Faruq dan Pengantin Wanita Nil

Kang Agus

Ketika Umar bin Khattab Menghentikan Tradisi Sesat di Sungai Nil

Pada suatu masa, Amr bin Ash, gubernur Mesir, mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Khattab r.a. untuk melaporkan sebuah tradisi kuno yang masih dijalankan oleh penduduk Mesir. Tradisi itu adalah melemparkan seorang gadis muda ke dalam sungai Nil setiap tahun agar aliran sungai tetap deras.

Mereka berkata kepada Amr, "Wahai Gubernur, ini adalah kebiasaan yang telah lama kami lakukan untuk memastikan sungai Nil tetap mengalir."

Amr pun bertanya, "Tradisi seperti apa itu sebenarnya?"

Mereka menjawab, "Setiap tanggal 12 bulan ini, kami meminta seorang gadis perawan dari orang tuanya dengan bujukan. Setelah itu, gadis tersebut kami dandani seindah mungkin, diberikan pakaian terbaik, lalu dilemparkan ke sungai Nil."

Amr bin Ash dengan tegas berkata, "Tradisi seperti ini tidak ada dalam ajaran Islam. Islam datang untuk menghapus kebiasaan jahiliah yang bertentangan dengan nilai-nilai tauhid."

Setelah itu, tradisi tersebut dihentikan. Namun beberapa waktu kemudian, sungai Nil mulai surut dan tidak mengalir sama sekali. Masyarakat pun menjadi resah dan ingin kembali menjalankan kebiasaan lama itu. Melihat kondisi tersebut, Amr kembali mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Khattab untuk meminta petunjuk.

Umar kemudian membalas surat itu dan berkata, "Sepertinya kamu telah diuji oleh Allah dengan kejadian ini. Aku mengirimkan sebuah surat lain bersamamu. Jika surat itu sampai, lemparkanlah ke dalam sungai Nil."

Saat surat itu diterima, Amr membukanya dan membaca isinya. Ternyata isinya adalah:

"Dari hamba Allah, Amirul Mukminin Umar bin Khattab kepada Sungai Nil di Mesir. Amma ba'du: Jika kamu mengalir karena kehendakmu sendiri atau karena kebiasaan lamamu, maka janganlah kamu mengalir. Namun jika kamu mengalir karena perintah Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa, maka kami memohon kepada Allah agar Dia mengalirkanmu kembali."

Setelah membaca surat itu, Amr segera melemparkannya ke dalam sungai Nil, sesuai instruksi Umar. Subhanallah, pada keesokan harinya, yaitu hari Sabtu, sungai Nil kembali mengalir deras, bahkan hingga mencapai kedalaman 16 depa hanya dalam satu malam.

Sejak saat itu, kebiasaan jahiliah tersebut benar-benar dihentikan, dan penduduk Mesir tidak lagi melakukan tradisi mengorbankan manusia demi sungai Nil.


📝 Pelajaran dari Kisah Ini:

  • Islam datang untuk menghapus tradisi yang bertentangan dengan tauhid.
  • Kekuasaan Allah lebih besar dari mitos dan kebiasaan manusia.
  • Umar bin Khattab menunjukkan kepemimpinan tegas yang tetap berlandaskan iman.
  • Keteguhan dalam tauhid bisa menggugurkan ritual-ritual sesat tanpa kekerasan.
Sejarah Desa
Sejarah Desa Menyajikan asal-usul, tokoh, dan sejarah desa di Indonesia sebagai upaya melestarikan warisan budaya untuk generasi mendatang.

Post a Comment for "Kholifah Umar al-Faruq dan Pengantin Wanita Nil"