Sejarah Desa Bedulan Cirebon
Sejarah Bedulan berawal pada tahun 1556 yang saat itu tanah bedulan masih merupakan hutan rimba yang tak berpenghuni dan di bawah kekuasaan kerajaan Cirebon yang saat itu kerajaan Cirebon diperintah oleh Sunan Gunung Jati atau yang bernama asli Syekh Syarif Hidayatullah. Dan pada saat itu kerajaan Cirebon merupakan kerajaan islam pertama di jawa barat.
Sehingga Cirebon membina hubungan diplomatik dengan demak yang saat itu merupakan kerajaaan terbesar di tanah jawa. Adanya keterkaitan sejarah antara babad bedulan dengan Atana Gunung Jati sehubungan dengan direbutnya wilayah Jakarta atau saat itu yang bernama Sunda Kelapa oleh portugis pada tahun 1561 Masehi, maka kerajaan Demak yang saat itu diperintah oleh Raden Patah sangat khawatir dengan portugis sehingga kerajaan Demak memerintahkan seorang panglimanya yang bernama Fatahilah dengan sekitar 30.000 tentaranya untuk mengusir portugis dari Sunda Kelapa, yang saat itu dirubah namanya oleh portugis menjadi Repoblik Batav atau yang lebih dikenal dengan nama Batavia.
Sehubungan dengan itu maka kesempatan itu tidak dilewatkan oleh pihak Cirebon untuk membantu pihak Demak yang ingin menyerang Sunda Kelapa karena pihak Cirebon pun merasa terancam dengan adanya portugis di Sunda Kelapa saat itu, sehingga pada tahun 1562 pihak kerajaan Cirebon mengutus seorang panglima wanita yang bernama Nyi Mas Baduran untuk menyiapkan sebuah tempat yang akan digunakan sebagai persinggahan sementara pasukan Demak yang akan menyerang Batavia, sehingga diutuslah Nyi Mas Baduran untuk menyiapkan tempat persinggahan tersebut dan dengan seizin dari Mbah Kuwu Cirebon atau Pangeran Walang Sungsang bahwa Nyi Mas Baduran di persilahkan menebang hutan yang tak bertuan.
Yang terletak di sebelah utara Pelabuhan Muara Jati atau yang sekarang Wilayah Celangcang, dan sebelum berangkat Nyi Mas Baduran di bekali Jimat oleh Mbah Kuwu Cirebon berupa selendang yang menurut Mbah Kuwu selendang itu Nyi Mas Baduran akan sangat berguna dalam melaksanakan tugasnya Untuk membuka lahan hutan tersebut. Sesampainya di wilayah hutan sebelah utara pelabuhan Muara Jati Nyi Mas Baduran menebang pohon dan mengumpulkan rerumputan kering yang kemudian sampai kelelahan dan berfikirlah Nyi Mas Baduran seandainya ia seorang diri menebang pepohonan rasanya tidak akan sanggup untuk menampung sejumlah pasukan Demak yang sangat banyak sehingga ia berinisiatif untuk membakar dan setelah rerumputan ilalang yang terbakar membumbung asapnya ke angkasa kemudian Nyi Mas Baduran menyambatkan selendangnya ke bara api tersebut agar api tersebut cepat merambat.
Sambil menyabatkan selendang ia mengucap sampai dimana bara api ini terjatuh maka tempat tersebut adalah tanah Baduran. Setelah bara api padam Nyi Mas Baduran kemudian berkeliling untuk memastikan batas - batas wilayahnya dan akhirnya bara tersebut jatuh sampai wilayah Desa Bojong dan batas Desa Bakung sehingga Kigede Bakung merasa tersinggung dengan Nyi Mas Baduran yang menurutnya telah merampas tanahnya sehingga terjadi pertikaian atau perkelahian antara Ki Gede Bakung dengan Nyi Mas Baduran.
Di wilayah tapal batas Bakung dengan tanah Bedulan sekarang konon katanya perkelahian itu sampai berlangsung berminggu - minggu sampai keduanya kehabisan tenaga dan kesaktian sehingga sampai pada saat Ki Gede Bakung merasa kalah dan mundur tetapi kemudian ada tanaman labu hitam yang tersangkut di kaki Nyi Mas Baduran sehingga terjatuh melihat hal tersebut itu Ki Gede Bakung menghunuskan kerisnya sehingga Nyi Mas Baduran terluka, tetapi Nyi Mas Baduran tidak hanya diam sempat juga menusukan kerisnya ke tubuh Ki Gede Bakung.
Sehingga Ki Gede Bakung tewas ditempat itu tetapi karena terluka taklama setelah Ki Gede Bakung meninggal Nyi Mas Baduran pun menyusul, tetapi sebelum Nyi Mas Baduran meninggal ia sempat berpesan kepada anak cucu agar kelak jangan menanam pohon labu hitam tersebut di tanah Bedulan sehingga sampai sekarang masyarakat Bedulan tidak ada yang berani menanamnya.
Mendengar kabar Nyi Mas Baduran telah meninggal pihak keraton Cirebon sangat menyayangkan hal tersebut sehingga diutuslah putri dari Nyi Mas Baduran sendiri yang bernama Nyi Mas Pulung ayu dengan didampingi Pangeran Jaya Lelana untuk menguburkannya secara layak dan meneruskan tugasnya untuk mempersiapkan sebuah padukuhan sebagai persinggahan pasukan Demak yang akan tiba.
Dan kemudian dirampungkanlah tugas Nyi Mas Baduran oleh Pangeran Jaya Lelana bersama Nyi Mas Pulung Ayu dan setelah itu Nyi Mas Pulung Ayu memutuskan untuk tinggal di daerah Baduran untuk meneruskan dan merawat kuburan dari sang Ibunya.
Setelah itu pada tahun 1563 datanglah tentara Demak yang di pimpin oleh Fatahilah dan di seranglah Batavia dan portugis pun dapat dikalahkan dan kemudian Repoblik Batav di ganti namanya menjadi Jaya Karta yang artinya Kota kemenangan dan Jaya Karta sekarang dikenal dengan nama JAKARTA.
Setelah ditaklukannya Batavia pada tahun 1563 maka banyak dari tentara Demak yang memilih untuk tinggal di padukuhan Baduran yang sebelumnya hanya tempat persinggahan kini menjadi sebuah pedukuhan yang ramai akan penduduknya.
Dan pada tahun 1565 Baduran resmi menjadi sebuah Desa yang di kepalai oleh seorang Kuwu yaitu Kuwu Wertu, kemudian pada tahun 1576 desa Baduran di naikkan statusnya menjadi pedemangan dengan seorang Demang Pangeran Jaya Lelana menjadi Demang yang bergelar Adipati Suranenggala.
Kemudian pada tahun 1782 pihak kerajaan Cirebon yang saat itu sudah lemah wilayahnya sedikit dikuasai oleh pihak Belanda atau VOC saat itu Jendral Van Hotman sebagai Ajudan dari pada Dengles memerintahkan agar pademangan Baduran dihilangkan dan di ambil alih kekuasaannya oleh Residen Cirebon yang bermarkas di kerucuk sekarang.
Dan Tanah Bedulan di bagi 2, menjadi Karang Reja, dan tanah Baduran mulai saat itu nama Baduran berganti menjadi Bedulan menggunakan logat Belanda dan Bedulan menjadi Desa kembali.
Kemudian pada tahun 1952 Bedulan di pecah menjadi 2 bagian yaitu Desa Suranenggala kidul atau Bedulan kidul dan Suranenggala lor atau Bedulan lor. Kemudian pada tahun 1982 Bedulan lor dipecah kembali menjadi 2 desa yaitu Suranenggala lor dan Suranenggala dan Bedulan kidul dipecah menjadi 2 desa pula yaitu desa Suranenggala kidul dan Suranenggala kulon.
Dan menurut Perda no 17/02/12/tahun 2006 Suranenggala dijadikan nama Kecamatan secara resmi dan sampai sekarangSuranenggala adalah nama Desa dan Kecamatan dan nama Bedulan adalah nama dari persatuan dari desa - desa tersebut.
Post a Comment for "Sejarah Desa Bedulan Cirebon"
Post a Comment