Grebeg Syawal Keraton Kanoman Cirebon

Kang Agus Suasana lebaran di Cirebon, ternyata bisa berlangsung sampai seminggu berikutnya. Malah bisa disebut sebagai puncak lebaran itu sendiri. Hingga bisa dikatakan di Cirebon berlangsung dua kali lebaran. Selain Idul Fitri masih ada "Lebaran" lain yang disebut Grebeg Syawal. "Lebaran" kedua ini, berlangsung persis semimggu setelah Idul Fitri. Grebeg Syawal merupakan tradisi disaat keluarga keraton Kanoman Cirebon, berziarah ke makam leluhur, yakni ke komplek pemakaman Sunan Gunung Jati, di Gunung Sembung, sekitar lima kilometer arah utara dari pusat kota Cirebon. Ziarah kerabat keraton ini dilakukan pada waktu berbeda, tetapi pada hari yang sama. Ziarah dalam lebaran Syawal dilakukan pula oleh sebagian penduduk Cirebon dan sekitarnya.

Sehingga pada hari ziarah ini lebih dari 50.000 orang memadati komplek pemakaman salah seorang wali penyebar Islam tersebut. Sejak sekitar pukul 07.00, sebagian masyarakat Cirebon akan mulai berdatangan ke komplek makam Gunung Jati. Seiring membumbungnya matahari, makin banyak pula orang datang ke dua tempat keramat tersebut. Selain dengan tujuan berziarah, sebagaian pengunjung memanfaatkan kesempatan hari itu untuk mencari berkah. Seperti kuburan dan lokasi - lokasi lain yang dianggap keramat, pemakaman Gunung Jati tidak luput dari orang - orang bermaksud itu. Pengunjung sebagian punya niatan mencari berkah.

Baik agar mendapat tempat "basah" dalam pekerjaan di kantor, mendapat jodoh, ataupun dagangan laris. Entah apakah tadi sendiri laris atau tidak, setelah rutin tiap tahun dia ikut berziarah. Upaya mencari berkah itu selain mengirim doa, juga mengambil beberapa benda dari dalam komplek seperti bunga ziarah di atas makam, ranting pohon, abu bekas kemenyan, dan apa saja yang dianggap mempunyai "kekuatan", serta mencuci muka dari air tersedia. Sebagian pengunjung di depan pintu bersujud dan ada yang melempar uang sekadarnya. Peziarah bukan hanya terdiri dari pribumi saja, tapi pula keturunan Cina ikut serta. Bahkan dengan membawa tradisi mereka seperti membakar hio, di dalam komplek pemakaman tersebut.

Komplek pemakaman Gunung Jati terbagi dua yaitu, perbukitan yang dikenal sebagai Gunung Sembung, terletak di sisi barat jalam raya yang merupakan tempat pemakaman Sunan Gunung Jati dan keluarganya. Satu lagi di perbukitan yang dikenal sebagai Gunung Jati, di sisi utara jalan raya.

Dengan sendirinya pengunjung di pertigaan jalan depan komplek pemakaman, terbagi dua. Ada yang menuju ke pemakaman Sunan Gunung Jati dan keluarganya di Gunung Sembung, ada pula yang langsung ke pemakaman di Gunung Jati.

Meski sudah terpecah, pengunjung lebih banyak yang mengalir ke makam Sunan Gunung Jati. Penyebabnya, pada Grebeg Lebaran pintu - pintu di komplek pemakaman dibuka. Ini adalah kesempatan bagi pengunjung untuk sekedar melihat makam - makam diluar pintu.

Bersama dengan saat keluarga berziarah langsung ke makam seorang wali penyebar agama Islam itu, dan makam keluarga lainnya. Dibukanya pintu - pintu makam, karena pada hari itu kerabat Keraton Kanoman berziarah kemakam leluhur.

Pakaian yang digunakan kerabat Keraton Kanoman membedakan mereka dengan pengunjung lain, semuanya berpakaian baju lengan panjang putih dengan memakai kain batik, serta blangkon di kepala. Keluarga Keraton Kanoman dan yang ikut berziarah pada Grebeg kali ini, lebih dari lima puluh orang.

Keluarga Keraton dengan dipimpin Sultan Kanoman Jalaludin dan Patih Keraton Kanoman, Pangeran RM Imamuddin, di setiap rumah pemakaman melakukan tahlilan.

Acara kirim dia ini, selain di makam Sunan Gunung Jati, juga di makam - makam leluhur keraton lainnya. Ditutup dengan acara makan bersama, bertempat di pendopo bagian selatan komplek pemakaman Gunung Sembung. Acara Grebeg Syawal dilakukan setiap tahun. Acara ini merupakan tradisi keluarga keraton dan juga masyarakat Cirebon. Tahlilan dimulai dimakam Sunan Gunung Jati, dan diakhiri tahlilan pamitan di depan pintu Selamatangkep, sesudah makan bersama di pendopo.

Pada saat acara kirim doa, pintu - pintu disekitar makam leluhur yang dikunjungi ditutup, sehingga pengunjung lain tidak dapat mengikuti. Dalam setiap tahlilan ini, dibakar kemenyan pada sebuah dupa, shingga aromanya menyebar di komplek pemakaman itu.

Seorang juru kunci di pemakaman Gunung Jati, menuturkan, tradisi Grebeg Syawal ini telah berlangsung sejak dahulu kala.

Acara ziarah sebagai rasa hormat kepada leluhur, yang juga penyebar agama Islam di Cirebon dan sekitarnya. Dan acara ziarah, tidak hanya oleh keluarga Keraton Kanoman, tetapi juga keluarga Kasepuhan Cirebon.

Waktu ziarah keluarga Keraton Kasepuhan, dilakukan pada hari berbeda. Dan pintu - pintu di dalam komplek pemakaman itu dibuka kembali pada hari Idul Adha, tanggal 10 Zulhijah. Selain untuk ziarah keluarga Keraton Kanoman, juga dilangsungkan Sholat Ied, bersama masyarakat sekitar. Komplek pemakaman Gunung Jati (Gunung Sembung dan Gunung Jati), selain ramai diziarahi pada saat Grebeg Syawal, juga pada setiap malam jumat Kliwon, dan Maulud Nabi Muhammad SAW.

Pada acara itu, pengunjung dari daerah lain, sampai jauh di luar Cirebon, berdatangan membanjiri komplek pemakaman yang dianggap keramat itu.
Sejarah Desa
Sejarah Desa Menyajikan asal-usul, tokoh, dan sejarah desa di Indonesia sebagai upaya melestarikan warisan budaya untuk generasi mendatang.

Post a Comment for "Grebeg Syawal Keraton Kanoman Cirebon"